Senin, 24 Desember 2012

The Movie : Jakarta Maghrib

Film ini mungkin banyak yg nggak tau, tapi isinya ternyata nyentuh banget kehidupan kita, khususnya yg tinggal di Ibukota Jakarta. Berikut Sinopsisnya.... cekidott :p



Jakarta Maghrib merupakan film Indonesia yang dirilis pada 4 Desember 2010. Film ini disutradarai oleh Salman Aristo serta dibintangi antara lain oleh Indra Birowo, Widi Mulia, Asrul Dahlan, Sjafrial Arifin, Lukman Sardi, Ringgo Agus Rahman, Deddy Mahendra Desta, Fanny Fabriana, Lilis, Reza Rahadian, Adinia Wirasti, dan Aldo Tansani.
Film Jakarta Maghrib merangkum “Maghrib” sebagai waktu spesial yang telah lama menebar berbagai anggapan ke tengah masyarakat. Ia berusaha menangkap maghrib bukan saja sebagai fenomena relijius tetapi sebagai bagian yang khas dari masyarakat urban Jakarta, lalu menyusunnya kedalam lima tautan cerita sebagai strategi penyampaian narasinya.[1]

Segmen film

Iman Cuma Ingin Nur

Iman Cuma Ingin Nur adalah bagian dari film Jakarta Maghrib yang berusaha menangkap ruang personal dari warga Jakarta: rumah tangga.
Plot Iman (Indra Birowo) hanya punya satu keinginan: bercinta dengan Nur (Widi Mulia), istrinya. Iman orang Sidoarjo. Nur asli Betawi. Penat tiga hari lembur akibat bayi mereka sakit, rasanya akan terbayar dengan seks yang melegakan. Hanya saja, gabungan Maghrib dan mertua membawa Iman dan Nur ke sudut yang lain dalam hubungan mereka.[2]

Adzan

Adzan adalah bagian dari film Jakarta Maghrib yang berkisah tentang ruang religiusitas dan kontemplasi warga Jakarta.
Plot Baung (Asrul Dahlan) adalah pemuda kelahiran Jakarta, seorang preman. Pak Armen (Sjafrial Arifin) asal Solok, Sumatera Barat, adalah seorang marbot atau penjaga mushola dan pemilik warung. Keduanya ada di sebuah kampung yang musholanya bersih tapi sepi pengunjung. Suatu sore, setelah malam yang mabuk bagi Baung, mereka bercakap-cakap di warung Pak Armen. Mulai dari pekerjaan sampai kematian. Beberapa menit menjelang Maghrib, sesuatu terjadi pada Pak Armen. Sesuatu yang membuat Baung menangis. Sesuatu yang membuat warga kampung berbaris marah menuju mushola.[2]

Menunggu Aki

Menunggu Aki adalah bagian dari film Jakarta Maghrib yang menceritakan tentang interaksi antar warga kota Jakarta.
Plot Di sebuah kompleks perumahan, Aki selalu ditunggu. Dia selalu datang sehabis Maghrib menjajakan nasi goreng yang diakui sebagai salah satu yang terenak. Karena tungkunya menggunakan arang. Nasi pun jadi gurih tiada tara. Membuat para penghuni selalu berkumpul. Namun hari itu Aki tidak datang. Para penghuni kompleks pun ‘terpaksa’ berkenalan satu sama lain. Mengenali diri masing-masing. Sampai Maghrib tiba mereka kembali menjadi warga Jakarta sejati: individualistis.[2]

Jalan Pintas

Jalan Pintas adalah bagian dari film Jakarta Maghrib yang menceritakan cuplikan kaum muda Jakarta yang terkurung dalam ruang hubungan antar personalnya
Plot Dua orang anak muda. Laki-laki (Reza Rahadian) dan perempuan (Adinia Wirasti). Mempertaruhkan hubungan pacaran selama tujuh tahun dalam mobil di tengah rumitnya tata kota Jakarta. Mereka berkejaran dengan adzan Maghrib. Sebab si Cewek menargetkan mereka harus sampai sebelum Maghrib di tempat pernikahan kerabat. Ada misi ‘jalan pintas’ yang mereka kejar agar mereka sendiri juga bisa dipercaya dan mendapat izin menikah.[2]

Cerita Si Ivan

Cerita Si Ivan adalah bagian dari film Jakarta Maghrib yang menggambarkan salah satu potret anak-anak Jakarta dan apa yang telah merasuki pikiran mereka selama ini.
Plot Ivan (Aldo Tansani) bolos dari Madrasahnya. Demi bermain game di sebuah rental langganan. Tapi ternyata itu tidak mudah karena rental hari itu penuh. Dia pun mengarang berbagai cerita horor tentang seramnya Maghrib, agak bisa ‘mengusir’ teman-temannya dari tempat rental. Tapi begitu Maghrib tiba, Ivan harus pulang dan harus berhadapan dengan cerita-ceritanya sendiri.[2]

Ba’da

Ba'da adalah bagian penutup dari film Jakarta Maghrib yang menceritakan bahwa semua karakter di atas akhirnya nanti akan bertemu di kisah ini. Berinteraksi secara langsung dan tidak. Setelah tiap-tiap orang mengalami Maghrib-nya masing-masing di Jakarta.[2]






 

Langkah Sang Penari Terhenti di Piala Oscar

Mimpi sutradara Ifa Ifansyah untuk berjalan di karpet merah Academy Awardskandas. Film garapannya, Sang Penarigagal melaju ke babak selanjutnya. Panitia penyelenggara piala Oscar memilih 9 film lain dari luar Asia yang dianggap lebih layak masuk dalam shortlist nominasi untuk bersaing ke babak selanjutnya dalam kategori film berbahasa asing.
“Sang Penari tidak masuk ke shortlist dan  tahun ini tidak ada film asia yang masuk dalam shortlist,” ujar produser film itu, Shanty Harmayn dalam kepada C&R DigitalMinggu (23/12).
Meski begitu, sejumlah kru dan pemain dalam film yang diangkat dari novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk itu mengaku bangga karena Sang Penari sempat masuk menjadi nominasi dari ratusan film. “Terimakasih atas dukungan semua,” ungkapnya.
9 film yang terpilih untuk bersaing ke 3 besar di ajang bergengsi bagi insan perfilman dunia adalah Amour (Austria), War Witch (Kanada), No (Chile), A Royal Affair (Denmark), The Intouchables (Prancis), The Deep (Islandia), Kon-Tiki (Norwegia), Beyond the Hills (Romania) dan Sister (Swiss).p
Kesembilan film itu masih harus bersaing untuk masuk ke babak selanjutnya, sebelum menuju malam puncak memperebutkan piala Oscar yang akan diumumkan 24 Februari tahun depan.
Sejumlah film peraih film terbanyak dalam sejarah penyelenggaraan yang digelar sejak 1929, masing-masing adalah Ben-Hur, Titanic dan The Lord of the Rings: The Return of the Kingyang masing-masing memenangkan 11 piala.