Jumat, 02 Agustus 2013

Jangan benarkan saya untuk mengeluh Tuhan... saya benarkan saya untuk bergumam didepan seseorang.
Ekspresi wajah sedih memang saya tidak dapat pungkiri, tapi jangan benarkan saya untuk mengungkapkan dalam kata2. Hanya benarkan saya mengungkapkan emosi melewati airmata saya. Permintaan maaf saya dan rasa terima kasih saya.

Benarkan saya untuk perbaiki diri. Benarkan saya untuk memberi kebaikan kepada yang lain. Benarkan saya untuk memberi senyuman walau tidak berminat. Pantaskan lah saya hanya untuk seseorang yang pantas bagi saya. Beri saya kesempatan untuk berdiam diri dalam ketenangan. Yakinkan saya disaat saya ragu. Beri saya pilihan dimana disaat itu terdapat kebuntuan. 

Berikan saya seseorang yang peduli pada saya dan keluarga saya. Menyayangi keluarga saya. Mengasihi keluarga saya. Dan mau berbaur dengan keluarga saya yang indah ini. Sekali lagi, pantaskan lah saya untuk seseorang yang pantas bagi saya. Pantaskan lah penyanding kedua orangtua saya sebagaimana mereka berusaha memantaskan diri untuk saling bersatu dan berkeluarga dengan cara yang indah meski berbeda.
Tidak ada yang lebih indah daripada keluarga saya.

Panjangkan lah usia mereka berdua... hindari mereka dari penyakit... berikan mereka kesempatan untuk melihat saya wisuda... benarkan mereka untuk menikmati uang hasil jerih payah saya seperti saya yang sejak dulu menikmati kenikmatan duniawi yang diberikan mereka... benarkan mereka untuk menikahkan saya dengan yang sesuai pilihan dan restunya,.. dan benarkan mereka untuk melihat wajah cucu mereka kelak. Benarkan itu semua Tuhan. Meskipun cara kami bahagia yang berbeda, tapi benarkanlah kami untuk bahagia yang lebih dari bahagia orang lain yang seiman sekalipun.
Kalau saja saya bisa... kembali kealam dimana fikiran yang masih begitu sangat muda... polos... dan tak tahu apa2. Lugu... hanya tahu yang baik... benar... suci... dimana kegalauan masih sangat terpendam dalam dada. Hanya bisa saya ungkap dalam puisi2 itu. Puisi yang lalu saya buang begitu saja dalam lembaran2 yang terpisah. Terhapus tidak ada bekas didalam file2 komputer saya. Puisi yang tidak pernah berhenti saya tulis saat waktu lengang. Puisi yang juga tidak pernah selesai saya tuntaskan sampai saat ini. Karena apa yang saya nanti2kan dari kegalauan itu belum juga terjawab. Belum terjawab.

Kepolosan saya... hanya akan menjadi celah bagi kecurangan seseorang yang mau mengambil manfaat dari saya. Kebaikan saya, rasa kasih sayang saya... pembelaan dan dukungan saya, hanya akan menjadi suatu hal yang dipermainkan setelah sebelumnya dibumbung tinggi dan dibanggakan. Saya tidak butuh pujian. Saya tidak butuh terima kasih. Saya hanya butuh perlakuan yang disertai penghargaan. Penghargaan yang sekalipun itu hanya diberikan kepada orang yang tidah tahu apa2 seperti saya ini. Maafkan untuk segala kekurangan saya. Saya pun akan memaklumi kekurangannya... seperti apa adanya.

Saya ingin sendiri... tapi mengapa selalu detik itu justru datang seseorang. Dan disaat saya ingin seseorang... mengapa ia menghilang. Saya... Tak usah khawatir tentang saya. Saya ingin sendiri karna saya sudah cukup disakiti setelah baru sesaat mengenalnya. Alhamdulillah, Astungkara, Tuhan melindungi saya. Tuhan tidak memberi kesempatan bagi orang tersebut berdiam lama bersama saya hanya untuk menyakiti saya. Orang baik yang betah berteman dengan saya... sekalipun saya merepotkan, mengganggu dan mengusik mereka.

Kumohon... untuk kali ini, kesempatan ini, dihubungan yang kali ini, jangan beri kesempatan seseorang untuk menjahatiku. Karna aku takut aku sudah hilang kesabaran untuk tidak bertindak atas perlakuan seseorang terhadap saya. Kebaikan orang, akan saya balas secepatnya. Dan justru kejahatan orang, saya pun takut melakukan hal serupa kepadanya. Jangan beri saya kesempatan untuk berbuat jahat. Berikan saya hati yang polos itu. Hati yang tidak pernah curiga. Hati yang hanya tahu cara memendam. Menangis dalam hati. Mengaduh dalam hati. Berdoa pada Tuhan.

Saya sudah tidak tahan Tuhan. Saya ingin tenang bersama dengan seseorang yang membimbing saya. Menuntun saya. Bukan membenarkan saya ketika melakukan kesalahan.

Tuhan saya... Tuhan anda... Tuhan kita semua sama. Tuhan itu maha esa. Tuhan itu tunggal. Tidak berawal tidak berakhir. Tidak melahirkan dan tidak dilahirkan. Sekalipun saya kelak memiliki jodoh yang berbeda, seperti perkataan ayah saya... saya harus taat pada seseorang yang akan menjaga saya nantinya, sebagai PENGGANTI AYAH, sekalipun saya harus mengikuti keyakinannya... saya hanya berharap, demi ayah dan ibu saya, semoga pengorbanan saya tidak sia2. Tidak dikhianati. Tidak dipermainkan. Tidak disia2kan seperti halnya adik dan kakak ayah saya.